![]() |
Di depan Patung Hachiko, Shibuya |
Kunjungan pertama saya ke Jepang adalah pada May 2014. Sudah bukan masa bunga legendaris Sakura bermekaran. Ketika saya mengunjungi Jepang saat itu bersama seorang teman, Sakura sudah rontok. Namun, udara sejuk menemani kami selama mengelilingi Tokyo selama 3 hari. Hmm, 3 hari? Ga salah? Iya bener banget, kita pergi ke Tokyo hanya 3 hari. Keputusan yang akhirnya membuat saya menyesal kemudian.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di bandara Haneda, Tokyo, yang terlintas pertama kali adalah mendatangi tourist information center. Di situ saya mengambil semua yang saya butuhkan seperti brosur dan peta Tokyo dalam bahasa Inggris tentunya. Mengingat sedikit orang Jepang yang bisa berbahasa Inggris, brosur dan peta ini sangat bermanfaat buat kita. Kemudian, kita juga bisa menggunakan google maps yg akurasinya sangat baik di Jepang.
Begitu urusan di Tourist Information center selesai, kami menuju stasiun kereta yang terintegrasi dengan bandara Haneda untuk menuju tujuan kami berikutnya, Ryogoku Station. Di Ryogoku Station, kami telah ditunggu oleh seorang teman yang merelakan apartemennya untuk kami tinggali selama kunjungan singkat ini.
Pada kunjungan singkat ini, saya menangkap beberapa hal yang saya kagumi dari orang Jepag. Yang pertama adalah tentang etos kerja orang Jepang yang tidak mau menyerah. Ketika saya pergi ke sebuah toko di Akihabara untuk mencari pesanan titipan seorang rekan, saya menunjukkan foto barang yang dimaksud kepada pramuniaga di toko tersebut. Sang Pramuniaga ini terus mencari ke berbagai sudut toko untuk mencari barang tersebut. Bolak-balik dia ke rak dan komputernya untuk mencari barang tersebut, tanpa mengeluh dan penuh kesungguhan mencari barang tersebut meskipun akhirnya kita minta dia untuk berhenti mencari karena tampaknya memang barang tersebut tidak ada di tokonya.
Yang kedua, saya sangat mengagumi kemampuan orang Jepang untuk menjaga keseimbangan alamnya. Bukan hal yang aneh di kota sepadat dan semodern Tokyo masih terdapat hutan-hutan kota yang nyaman dan terawat. Begitupun dengan tempat ibadahnya yang tertata rapi dan semua orang sangat menjaga kesakralan tempat ibadahnya.
Yang ketiga, kedisiplinannya yang sangat saya apresiasi. Tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi juga bagaimana orang menjaga kebersihan di tempat umum. Bahkan seorang pejalan kaki sampai mengejar plastik yang terbang untuk dibuangnya di tempat sampah.
Yang keempat, nyamannya fasilitas umum di Jepang. Bukan hanya fasilitas umum, tapi juga kendaraan umum yang nyaman dan sangat membantu turis dalam bepergian. Seorang first-timer turis yang ke Jepang, tidak akan sulit untuk menemukan kendaraan apa ya harus dinaiki untuk menuju lokasi tertentu.
Sangat iri dan nyaman sekali berada di Jepang walau sebentar. Saya selalu bermimpi Indonesia bisa menyamai Jepang dalam konteks SDM nya yang disiplin dan pekerja keras. Namun tetap diimbangi dengan adat ketimuran yang katanya ramah dan agamis.
Pada kunjungan singkat ini, saya menangkap beberapa hal yang saya kagumi dari orang Jepag. Yang pertama adalah tentang etos kerja orang Jepang yang tidak mau menyerah. Ketika saya pergi ke sebuah toko di Akihabara untuk mencari pesanan titipan seorang rekan, saya menunjukkan foto barang yang dimaksud kepada pramuniaga di toko tersebut. Sang Pramuniaga ini terus mencari ke berbagai sudut toko untuk mencari barang tersebut. Bolak-balik dia ke rak dan komputernya untuk mencari barang tersebut, tanpa mengeluh dan penuh kesungguhan mencari barang tersebut meskipun akhirnya kita minta dia untuk berhenti mencari karena tampaknya memang barang tersebut tidak ada di tokonya.
Yang kedua, saya sangat mengagumi kemampuan orang Jepang untuk menjaga keseimbangan alamnya. Bukan hal yang aneh di kota sepadat dan semodern Tokyo masih terdapat hutan-hutan kota yang nyaman dan terawat. Begitupun dengan tempat ibadahnya yang tertata rapi dan semua orang sangat menjaga kesakralan tempat ibadahnya.
Yang ketiga, kedisiplinannya yang sangat saya apresiasi. Tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi juga bagaimana orang menjaga kebersihan di tempat umum. Bahkan seorang pejalan kaki sampai mengejar plastik yang terbang untuk dibuangnya di tempat sampah.
Yang keempat, nyamannya fasilitas umum di Jepang. Bukan hanya fasilitas umum, tapi juga kendaraan umum yang nyaman dan sangat membantu turis dalam bepergian. Seorang first-timer turis yang ke Jepang, tidak akan sulit untuk menemukan kendaraan apa ya harus dinaiki untuk menuju lokasi tertentu.
Sangat iri dan nyaman sekali berada di Jepang walau sebentar. Saya selalu bermimpi Indonesia bisa menyamai Jepang dalam konteks SDM nya yang disiplin dan pekerja keras. Namun tetap diimbangi dengan adat ketimuran yang katanya ramah dan agamis.
Comments
Post a Comment